Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan unggul di Indonesia. Menurut Kordi (2010), ikan ini unggul dalam budidaya di Indonesia karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat. Ikan nila sangat digemari masyarakat karena memiliki daging yang enak dan tebal serta memiliki kandungan gizi yang tinggi (Putra dkk., 2017). Hal tersebut menyebabkan permintaan ikan nila dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Kegiatan budidaya perikanan saat ini sebagian besar dilakukan di perairan tawar. Tingkat adaptasi fisiologis yang baik dari ikan nila terhadap salinitas memungkinkan ikan nila dibudidayakan di tambak. Menurut Pusdatin (2018), potensi kawasan tambak di Indonesia mencapai 1.270.982 ha, dan tingkat pemanfaatannya baru mencapai 21,75%, maka budidaya ikan nila bisa menjadi komoditas alternatif dalam peningkatan produksi perikanan nasional.
Upaya pemanfaatan potensi perikanan diperlukan langkah-langkah konkrit untuk peningkatan produksi serta memenuhi permintaan pasar yang semakin besar setiap harinya, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu budidaya ikan yang banyak diminati para petambak adalah ikan nila. Keunggulan ikan nila yang dapat dimanfaatkan adalah kemampuannya beradaptasi hingga salinitas tinggi, sehingga sangat potensial apabila ikan nila dibudidayakan di perairan payau hingga perairan laut.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2021 di Laboratorium Teknologi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Manado. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga total keseluruhan terdapat 12 satuan percobaan. Adapun perlakuannya adalah sebagai berikut:
- A : Padat penebaran 10 ekor/20 liter
- B : Padat penebaran 15 ekor/20 liter
- C : Padat penebaran 20 ekor/20 liter
- D : Padat penebaran 25 ekor/20 liter
Sampel uji yang digunakan adalah benih ikan nila dengan berat awal 4-5 g dan panjang awal 5-6 cm. Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah ember dengan ukuran 40 liter. Penelitian diawali dengan persiapan meliputi pembersihan ember, pengisian air, pemasangan pompa air dan kapas saring, pemasangan label perlakuan dan ulangan pada wadah pemeliharaan, serta aklimatisasi sampel uji.
Hasil dan Pembahasan
Pertumbuhan Berat Mutlak
Hasil pengamatan pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin menunjukkan bahwa perlakuan A dengan padat penebaran 10 ekor/20 liter memberikan nilai tertinggi dengan rata-rata 2.33 g. Disusul oleh perlakuan B (2.26 g), perlakuan C (2.16 g), dan perlakuan D (1.59 g). Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan, dengan perlakuan A, B, dan C memiliki pertumbuhan berat mutlak yang tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Hasil pengamatan pertumbuhan panjang mutlak ikan nila salin menunjukkan bahwa perlakuan A dengan padat penebaran 10 ekor/20 liter memberikan nilai tertinggi dengan rata-rata 1.46 cm. Disusul oleh perlakuan B (1.42 cm), perlakuan C (1.36 cm), dan perlakuan D (1.20 cm). Hasil analisis ragam juga menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan, dengan perlakuan A, B, dan C memiliki pertumbuhan panjang mutlak yang tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D.
Laju Pertumbuhan Harian
Rata-rata laju pertumbuhan harian menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A (0.76%), diikuti oleh perlakuan B (0.74%), perlakuan C (0.72%), dan perlakuan D (0.61%). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan padat penebaran memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian ikan nila salin.
Kelangsungan Hidup
Hasil persentase rata-rata kelangsungan hidup ikan nila salin menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A (80%), diikuti oleh perlakuan B (75.53%), perlakuan C (73.33%), dan perlakuan D (70.67%). Tidak terdapat perbedaan nyata dalam tingkat kelangsungan hidup antara keempat perlakuan.
Kualitas Air
Selama penelitian, parameter kualitas air seperti salinitas, suhu, oksigen terlarut, dan pH berada dalam kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan nila salin. Kisaran suhu selama penelitian antara 29°C–30.9°C, DO antara 4.07 ppm–6.80 ppm, dan kisaran pH antara 6.78–7.95.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Padat penebaran terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan nila salin adalah padat tebar Perlakuan C (20 ekor) dengan berat rata-rata 2.16 g dan panjang rata-rata 1.66 cm.
Perbedaan padat penebaran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila salin.
Kualitas air selama penelitian berada dalam kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan nila salin, dengan suhu yang stabil antara 29°C hingga 30.9°C, kadar oksigen terlarut yang cukup (antara 4.07 ppm hingga 6.80 ppm), dan pH yang berada dalam rentang yang sesuai (antara 6.78 hingga 7.95).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
Untuk budidaya ikan nila salin, sebaiknya memilih padat penebaran sekitar 20 ekor per 20 liter air, seperti yang ditemukan pada Perlakuan C, karena menghasilkan pertumbuhan berat dan panjang yang baik.
Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup benih ikan nila salin, seperti manajemen pakan dan lingkungan pemeliharaan.
Dalam budidaya ikan nila salin, perhatikan terus kualitas air, termasuk suhu, oksigen terlarut, dan pH, untuk memastikan lingkungan pemeliharaan tetap sesuai dengan kebutuhan ikan.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi petani ikan untuk mengoptimalkan produksi ikan nila salin dalam budidaya mereka.